Blog

pexels-david-besh-884788

–uchanthasanah-

Saat ini kita berada di era informasi. Era dimana informasi mudah dan murah untuk dijumpai. Siapapun kini mampu memberikan kontribusi baru dalam pembuatan informasi, sehingga terciptalah ribuan informasi baru hanya dalam sekian waktu. Fenomena ini seringkali disebut dengan ledakan informasi.

Internet merambah kemana-mana. Tidak hanya kota, desapun kini telah melek internet. Tentu dengan kepemilikan smartphone yang sudah merajai negeri. Hanya dengan bermodalkan smartphone ditangan, dunia sudah menjadi selebar daun kelor. Semua informasi tersedia ditangan, dan internet kini bukan lagi barang mewah, tetapi kebutuhan, bahkan kebutuhan tingkat dewa.

Merajainya smartphone tidak mengenal usia pengguna. Baik tua, muda, remaja, atau bahkan balita. Pun tidak mengenal kepentingan. Baik pekerjaan, karir, keluarga, parenting, atau bahkan memasak. Interaksi sosial pun agaknya sudah banyak berkurang, berganti dengan interaksi sosial di dunia maya. Terlebih dengan terciptanya media komunikasi online yang memungkinkan bersatunya berbagai akun. Seperti whatsapp dan BBM.

Melalui whatsapp grub, terciptalah banyak grub-grub. Dari grub alumni, pengajian, arisan RT, rekan kerja, teman main, dan lain-lainnya. Dari whatsaap grub inilah, sering kita jumpai informasi yang dishare oleh anggota grub. Informasi yang disebarkan pun bermacam-macam. Ada yang komedi, religi, spiritual, motivasi, dan lain-lain. Yang ingin ditekankan pada tulisan ini adalah sebaran informasi yang tidak benar alias hoax.

Orang-orang kini bergantung pada smartphone mereka. Apa-apa harus dengan smartphone. Orang menjadi lebih mudah mendapatkan informasi baik itu informasi benar ataupun salah. Informasi yang belum tahu kebenarannya ini setiap hari dan setiap waktu menjadi konsumsi mereka. Jika ini terjadi terus menerus maka apa yang ia ketahuai, apa yang ia yakini, jika awalnya tidak benar, maka sampai kapanpun akan terpatri di otaknya bahwa info yang didapatkannya ya seperti itu tidak benar. Maka, ketika mendapatkan informasi, cernalah terlebih dahulu dengan benar-benar. Jika perlu hingga menggunakan enzim-enzim pencernaan sehingga informasi yang kita dapatkan bmenjadi benar dan berkemanfaatan.

Prasangka adalah apa yang kita fikirkan tentang sesuatu hal. Misal, kita berprasangka bahwa seseorang itu melakukan A. Ternyata orangtersebut justru melakukan B. Berarti kita telah berprasangka buruk terhadap seseorang tersebut. Ketika kita berprasangka buruk terhadap orang lain, kita mendapatkan dosa dan keburukan. Hendaklah kita berprsangka yang baik-baik saja kepada orang laain. Bagaimana dengan prasangka kepada Allah? Tuhan semeste alam? Dikatakan bahwa Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ma kendaklah kita pra hamba, berprasangka baik-baik kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan yang terbaik.

Yang menjadi masalah adalah ketika kita banyak membaca informasi yang tidak benar, sudah terlanjur terpatri dalam fikiran kita terkait informasi tersebut, dan kita berfikiran seperti itu, dan kita secara otomatis berprasangka seperti itu, bagaimana nanti Allah mewujudkan prasangka kita?

Sebagai contohnya ketika kita sedang dilanda sebuah penyakit, awalnya kita santai saja, berpikir bahwa penyakit ini akan hilang dalam hitungan hari. Tetapi kemudian, kita tergelitik untuk mencari informasi penyakit kita di internet, dan tahulah kita bahwa penyakit kita ini penyakit berbahaya. Mulailah mencari info-info lain dari berbagai sumber, dan banyak sumber mengatakan efek penyakit yang berbeda-beda. Dengan perasaan takut dan was-was, berangkatlah kita ke dokter dengan berbagai keluhan rasa sakit plus asumsi kita terhadap penyakit yang kita dapatkan dari internet. Dan benarlah kita terkena penyakit tersebut. Dokter yang punya banyak antrian pasien, memberikan resep obat, dan menjelaskan seperlunya. Setelah obat kita minum, kita merasakan perbedaan dengan tubuh tang justru semakin kaku dan sakit. Kemablilah kita mencari informasi di internt, dan mendapatkankesimpulan. Dengan perasanan takut dan was-was lagi kita kemabli ke dokter, dan dokter memberikan resep obat untuk menyeimbangi efek obat tersebut. Terlepas dari situ, kita masih mencari tahu tentang penyakit, dan tahu berbgaai hal tentang penyakit itu akan merambah kemana-mana dans usah disembuhkan. Kita smakin takut dan banyak berfikir tentang penyakit, terkungkung, dan akhirnya berat badan terus turun.  Begitulah prasangka emainkan pikiran kita.

Dalam cerita tersebut, membaca informasi yang sebenarnya adalah bagus dilakukan, tapi justru menjadi bumerang bagi diri sendiri, karena menggiring kepada prasangka yang tidak baik. Menjadikan berfikir yang tidak-tidak.

Perintah Allah pertama kepada nabi kita adalah “Iqra’”. Membaca. Membaca yang tidak hanya sekedar membaca. Membaca dalam arti kata yang luas. Membaca dengan menelaah, membaca keadaa, lingkungan, alam, dan mencerna bacaan untuk mendapatkan hasil kesimpulan yang benar.

Akhirnya, marilah kita banyak membaca, memanfaatkan informasi di era informasi ini. Membaca dengan sebenar-benarnya membaca. Diawali dengan doa, dan berprasangka baik, insya Allah Tuhan melindungi.

Leave a Comment

Your email address will not be published.